Pembelajaran Kontekstual

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan kualitas kehidupan  bangsa. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Begitu pentingnya pendidikan maka muncul berbagai teori mengenai pendidikan, mulai dari kontemporer hingga modern. Teori teori tersebut selalu berkembang dan pada tahun 1916 ahli pendidikan John Dewey mengajukan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Pemikiran John Dewey tersebut menjadi filosofi teori pembelajaran kontekstual yang disebut teori progresivisme. Selain teori progresivisme, teori kognitif pun merupakan filosofi yang melatarbelakangi terciptanya pembelajaran kontekstual. Secara garis besar, teori kontekstual adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Oleh sebab itu, kita sebagai calon seorang guru harus mengetahui teori-teori pendidikan supaya dapat menerapkannya kepada anak didik agar dalam proses belajar tidak hanya guru yang berakting di depan kelas dan siswa menonton tetapi siswa harus berperan aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini yang mendorong kami untuk membuat makalah mengenai konsep belajar kontekstual sebagai sumber pembelajaran. Selanjutnya, hasil pemahaman mengenai konsep belajar kontekstual ini, kami tulis dalam makalah berjudul “Teori Pembelajaran Kontekstual”.

1.2         Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dasar pembelajaran kontekstual ?
2.      Apa motto pembelajaran kontekstual ?
3.      Apa saja kecenderungan pemikiran tentang belajar dalam pembelajaran kontekstual ?
4.      Bagaimana karakteristik pembelajaran kontekstual ?
5.      Bagaimana strategi pembelajaran kontekstual ?
6.      Apa saja elemen yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual ?
7.      Apa saja nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam pembelajaran kontekstual ?
8.      Apa saja keunggulan dan kelemahan pembelajaran kontekstual ?
9.      Bagaimana perbedaan konsep belajar kontekstual dengan konsep belajar tradisional ?
10.    Bagaimana variasi pengembangan pembelajaran kontekstual bermuatan karakter ?
11.    Bagaimana definisi hakikat sumber belajar ?
12.    Apa saja cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan sumber belajar ?
13.    Bagaimana proses pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran kontekstual ?
14.    Bagaimana cara penerapan pendekatan kontekstual di kelas ?

1.3         Tujuan Penulisan Makalah
1.   Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran kontekstual.
2.   Untuk mengetahui motto pembelajaran kontekstual.
3. Untuk mengetahui kecenderungan pemikiran tentang belajar dalam pembelajaran kontekstual.
4.    Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran kontekstual.
5.    Untuk mengetahui strategi pembelajaran kontekstual.
6.    Untuk mengetahui elemen yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual.
7.    Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam pembelajaran kontekstual.
8.    Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran kontekstual.
9.    Untuk mengetahui perbedaan konsep belajar kontekstual dengan konsep belajar tradisional.
10.  Untuk mengetahui variasi pengembangan pembelajaran kontekstual bermuatan karakter.
11.  Untuk mengetahui definisi hakikat sumber belajar.
12.  Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan sumber belajar.
13.  Untuk mengetahui proses pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
14.  Untuk mengetahui cara penerapan pendekatan kontekstual di kelas.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Menurut Trianto (2010, 104-105), pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
Sedangkan Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara membantu siswa tidak hanya dalam memahami pelajaran secara materi, namun juga dapat mengaktualisasikan materi tersebut dengan kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2.2         Motto Pembelajaran Kontekstual
Students Learn Best By Actively Constructing Their Own Understanding (cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya).

2.3         Kecenderungan Pemikiran Tentang Belajar
Beberapa kecenderungan pemikiran dalam teori belajar yang mendasari filosofi pembelajaran kontekstual sebagai berikut :

1.             Proses Belajar
·      Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
·      Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
·      Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
·      Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·      Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·      Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
·      Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus-menerus digunakan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku.
2.             Transfer Belajar
·      Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.
·      Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari “pemberian orang lain”.
·      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit.
·      Penting bagi siswa tahu “untuk apa” ia belajar, “bagaimana” ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
3.             Siswa Sebagai Pembelajar
·      Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
·      Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit strategi belajar amat penting.
·      Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara “yang baru” dan yang sudah diketahui.
·      Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4.             Pentingnya Lingkungan Belajar
·      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”.
·      Pengajaran harus berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibanding hasilnya.
·      Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari pross penilaian (assessment) yang benar.
·      Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

2.4         Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson (2002: 24), ada delapan karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu:

1.             Melakukan hubungan yang penuh makna (making meaningful connections) :
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individu, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
2.             Melakukan kegiatan-kegiatan yang penting (doing significant work)
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagi konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
3.             Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentu pilihan, dan ada produk/hasil yang sifatnya nyata.
4.             Bekerja sama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling memengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.             Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif : dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6.             Memelihara pribadi individu (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
7.             Mengupayakan mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
8.             Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah atau membuat penyajian perihal emosi.

Karakteristik dalam pembelajaran kontekstual (Trianto, 2010, 110), terdiri dari :
a)             Kerja sama
b)             Saling menunjang
c)             Menyenangkan dan mengasyikkan
d)            Tidak membosankan
e)             Belajar dengan bergairah
f)              Pembelajaran terintegrasi
g)             Menggunakan berbagai sumber siswa aktif

Materi pembelajaran berbasis kontekstual memiliki beberapa keterkaitan, diantaranya :
a.              Keterkaitan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada yang meliputi :
·      Lingkungan fisik berkenanan dengan aspek alamiah muka bumi.
·      Lingkungan sosial, berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan di masyarakat.
·      Lingkungan budaya, berkenaan dengan budaya materi dan non materi yang ada di lingkungan sekitar siswa.
·      Lingkugan politis, berkenaan dengan pemerintah dan lembaga pemerintahan, serta kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan/kedududukan lembaga pemerintahan tertentu yang ada di lingkungan siswa.
·      Lingkungan psikologis, berkenaan dengan psikologis manusia yang hidup dan bertempat tinggal pada wilayah tertentu .
·      Lingkungan ekonomis, berkenaan dengan mata pencahariaan penduduk sekitar, rata-rata penghasilan penduduk, status ekonomi penduduk, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.
b.             Keterkaitan dengan materi pembelajaran lain secara terpadu
Model pembelajaran terpadu pada  hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara kelompok maupun secara individual secara aktif mencari, menggali, dan mengukur konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial atau rumpun ilmu alam.
c.              Mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa
Fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dikembangkan sedemikian rupa dari kehidupan  siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
d.             Memberi pengalaman langsung melalui keinginan inquiry
Materi  yang ditemukan siswa melalui pengalaman langsung dan inkuiri akan lebih bertahan lama dalam struktur kognitif siswa, karena pengetahuan di-contrustruct/dibangun sendiri oleh siswa sedikit demi sedikit dan dikaitkan dengan pengalaman langsung dirinya dalam objek kajian.
e.              Mengembangkan kemampuaan kooperatif sekaligus kemandirian
Dalam kelompok kooperatif  siswa saling berbagi  dan menjadi tutor sebaya, dimana melalui  tutor sebaya  siswa lebih saling menerima dan memberi materi secara terbuka  tanpa adanya jarak karena faktor usia seperti halnya dengan guru.

f.              Mengembangkan kemampuan melalui refleksi
Materi mampu mengembangkan kemampuan siswa  untuk melakukan refleksi berupa kemampuan umpan balik terhadap penguasaan dirinya terhadap fakta, konsep, prinsip, dan produser dikembangkan materi dan refleksi terhadap penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
                                                     
2.5        Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dapat dilakukan melalui beberapa strategi sebagai berikut :
a.              Relating (menghubungkan) : proses pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan pengalaman nyata yang pernah dialami oleh siswa dengan pengetahuan baru yang akan diperoleh dari guru.
b.             Experiencing (mencoba) : kegiatan pembelajaran dengan membangun pengetahuan baru yang dilakukan oleh guru dikarenakan siswa tidak memiliki pengalaman nyata terkait dengan pengetahuan yang diberikan oleh guru tersebut.
c.              Applying (mengaplikasi) : strategi pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan konsep-konsep pengetahuan baru yang berkaitan langsung dengan aktivitas penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d.             Cooperating (bekerja sama) : bentuk strategi pengajaran dengan konteks berkomunikasi secara bebas, aktif dan efektif dalam bekerja sama secara tim.
e.              Transferring (transfer ilmu) : proses mengajar dengan menitikberatkan pada proses pemberian pengetahuan baru yang belum diketahui dan diselesaikan sebelumya secara langsung pada siswa.


2.6         Elemen Pembelajaran Kontekstual
Elemen yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual, diantaranya :
a.              Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) :
Memberikan pemahaman terhadap siswa bahwa segala pengetahuan yang diperoleh siswa tersebut akan saling terkait satu sama lain.
b.             Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) :
Pembelajaran kontekstual dilakukan secara deduktif, dimana pengetahuan dipelajari secara keseluruhan terlebih dahulu, kemudian dipahami secara utuh.
c.              Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) :
Menjelaskan kepada siswa bahwa pengetahuan yang telah diperoleh tidak hanya untuk dihafal, tapi juga untuk dipahami dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
d.             Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge) :
Pengajaran dilakukan dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa pengetahuan baru yang telah diberikan oleh guru harus dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
e.              Melakukan refleksi (reflection knowledge) :
Proses pengembangan pengetahuan siswa dilakukan sebagai evaluasi dan penyempurnaan terhadap strategi pembelajaran yang telah dilakukan.

2.7        Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kontekstual
Melalui pembelajaran kontekstual, dapat diketahui 6 nilai karakter yang dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran :
ü   Kerja Keras : konsep pembelajaran kontekstual menuntut para siswa untuk bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam penguasaan materi pembelajaran yang sedang dipelajari, sehingga para siswa dapat menghubungkan dan merealisasikan apa yang telah dipelajarinya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.
ü   Rasa Ingin Tahu : dengan menggunakan konsep CTL, maka dengan sendirinya siswa akan selalu memiliki rasa ingin tahu terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas. Bagaimana materi yang dipelajarinya tersebut dapat memiliki pengaruh dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.
ü   Kreatif : pembelajaran secara kontekstual ini memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, karena siswa dituntut untuk dapat menemukan dan menghubungkan sendiri antara materi yang dipelajarinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
ü   Mandiri : strategi pembelajaran kontekstual ini dapat membimbing para siswa untuk memiliki kemandirian yang tinggi dalam menghadapi suatu kegagalan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya tanpa terpikir untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialaminya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
ü   Tanggung Jawab :  proses pembelajaran CTL mendorong siswa untuk selalu bertanggung jawab dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan pengambilan risiko atas suatu kegagalan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
ü   Peduli Lingkungan Sosial : CTL memberikan pengertian kepada siswa dalam menanamkan nilai karakter kepedulian terhadap lingkungan terkait dengan kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan secara kelompok dan adanya sosialisasi dengan tiap-tiap individu yang berada di dalam kelas.

2.8        Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
               2.8.1    Keunggulan CTL :
a)         Pembelajaran kontekstual memberikan motivasi pada siswa bahwa pengetahuan yang telah diterima dapat dihubungkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b)         Pembelajaran kontekstual mampu memberikan bimbingan pada siswa untuk merealisasikan setiap pengetahuan yang telah diperoleh dalam kehidupan nyata di masyarakat.
c)         Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada proses keterlibatan secara aktif dan langsung yang ditunjukkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar.
               2.8.2    Kelemahan CTL :
a)         CTL membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk bisa memahami semua materi.
b)         Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
c)         Upaya menghubungkan antara materi dikelas dengan realitas didalam kehidupan sehari-hari peserta didik rentan kesalahan. Atas dasar ini, agar menemukan hubungan yang tepat, sering kali peserta didik harus mengalami kegagalan berulang kali.

2.9        Perbedaan Konsep Belajar Kontekstual Dengan Konsep Belajar Tradisional (Behaviorisme/Strukturalisme/Objektivisme)
No.
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Tradisional
1.
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Siswa adalah penerima informasi secara pasif
2.
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
Siswa belajar secara individu
3.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri
Perilaku dibangun atas kebiasaan
5.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6.
Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
7.
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
8.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan pendekatan structural: rumus diterangkan sampai paham kemudian latihan (drill)
9.
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
Rumus itu ada diluar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan
10.
Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuatu dengan skemata siswa
Rumus adalah kebenaran absolut Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar
11.
Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran

12.
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukuman yang berada di luar diri manusia
13.
Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksikan) oleh manusia itu sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
14.
Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
15.
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
16.
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dan lain-lain
Hasil belajar diukur hanya dengan tes

17.
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas
18.
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
19.
Perilaku baik berdasar motivasi intrinsik
Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
20.
Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan

2.10    Variasi Pengembangan Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Karakter
Dalam penggunaan strategi pembelajaran CTL bermuatan karakter, sebaiknya digunakan variasi pengembangan sebagai berikut :
a)    Untuk menghemat waktu, CTL lebih optimal dalam tugas-tugas rumah (take home), sehingga siswa dapat belajar kelompok dengan waktu yang lebih leluasa.
b)   Penerapan CTL tidak perlu merubah isi pembahasan, melainkan sebatas mengaitkan.

2.11    Hakikat  Sumber Belajar 
2.11.1    Pengertian sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meingkatkan efektivitas dan efesiensi tujuan pembelajaran.
2.11.2     Komponen sumber belajar
Komponen sumber belajar meliputi :
a.    Pesan adalah informasi atau ajaran yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data.
b.   Orang adalah komponen (manusia) yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengelolah dan penyaji pesan.
c.    Bahan merupakan perangkat lunak (software) yag mengandung pesan-pesan belajar, yang biasa menggunakan peralatan tertentu.
d.   Alat adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
e.    Teknik yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam mengunakan bahan, alat, lingkungan, dan orang untuk menyampaikan pesan.
f.    Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses belajar dan pembelajaran dimana pembelajaran menerima pesan.

2.11.3     Fungsi sumber belajar
Fungsi sumber belajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1)   Sumber informasi dalam  proses pembelajaran.
2)   Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar.
3)   Melampaui batas ruang kelas.
4)   Memungkinkan interaksi  langsung.
5)   Memungkinan keseragaman pengamatan.
6)   Menananamkan konsep baru.
7)   Membangkitkan minat baru.
8)   Membangkitkan motivasi.

2.12    Pengembangan Sumber-Sumber Belajar
2.12.1         Macam-macam sumber belajar
a.    Materi bahan bacaan (reading materials)
1)   Buku tulis : sumber sekaligus media yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran apa pun.
2)   Lembar Kerja Siswa (LKS) : adalah bentuk buku latihan atau pekerjaan rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran.
3)   Ensiklopedia : adalah sumber belajar yang memberikan kemudahan bagi siswa atau guru untuk mendapataka informasi mengenai materi atau fakta dari berbagai topik yang diperlakukan dalam persiapan mengajar.
4)   Internet : Internet merupakan sumber belajar melalui media elektronik. Internet menyediakan berbagai sumber belajar bacaan yang bervariasi.
5)   Majalah : merupakan sumber informasi yang berisi informasi-informasi terbaru.
6)   Kliping : merupakan guntingan artikel atau berita yang dimuat di majalah dan koran yang memiliki topik atau informasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b.   Materi bukan bacaan
Adalah bahan-bahan (materi) yang bukan mempunyai pengertian yang luas mengacu kepada materi yang sebagian tergantung pada penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) untuk menjelaskan arti dari penafsiran atau kata-kata yang tercetak seperti buku-buku. Beberapa materi bukan bacaan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sebagai berikut :
1)   Gambar-gambar, foto, ilustrasi
Fungsi materi atau media ini yakni untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide dan menunjukkan objek benda yang sesungguhnya.
2)   Film
Media film akan membantu proses pembelajaran lebih atraktif dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga siswa dapat melihatnya secara langsung dan menambah pengetahuan serta pengalaman belajarnya.
3)   Filmstrips
Merupakan rangkaian film statis (tidak bergerak), tidak seperti film gerak yang umumnya kita kenal.
4)   Rekaman (recording)
Rekaman atau materi audio ini dapat menampilkan sumber pembelajaran seperti pidato-pidato asli pemimpin negara dan tokoh masyarakat.
5)   Grafik
Grafik adalah representasi dari gejala dalam kehidupan di masyarakat. Ada beberapa bentuk grafik antara lain grafik garis, grafik batang dan histogram.
6)   Kartun
Kartun adalah suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol dan kadang-kadang agak berlebihan untuk menyampaikan pesan atau sikap terhadap sesuatu, seseorang, situasi, atau kejadian tertentu.
7)   Poster
Poster umumnya bersifat simbolik, dirancang untuk memberi pesan dengan cepat dan ringkas. Biasanya memiliki ciri-ciri berwarna, menyajikan ide tunggal, tulisannya jelas, kaya dengan variasi, lugas, dan sering kali mengandung pernyataan yang berlebihan.
8)   Papan bulletin
Papan buletin digunakan untuk menggambarkan penampilan umum dari suatu kelas, karena itu harus menarik, rapi, up to date, dan dinamik. Papan bulletin adalah alat yang sesuai dengan topik materi. Papan buletin biasanya terbuat dari bahan gabus linoliumm, kain goni (burlap) atau bahan-bahan sejenis.
9)   Karya wisata (field trip)
Kegiatan yang bersifat “short trips walking trips” dan sejenisnya yang umumnya memerlukan waktu tidak panjang (tidak terlalu lama) walaupun sering kali juga memerlukan bantuan alat transportasi.
10)    Museum
Tempat untuk memajangkan barang-barang yang memiliki nilai sejarah. Kunjungan ke museum sangat penting karena dalam museum benda-benda sejarah tadi merupakan media pengajaran yang nyata dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa selain di sekolah atau buku pelajaran.
11)    Lingkungan alam
Pemanfaatan lingkuangan fisik (alam) sebagai sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas untuk menemukan sebab-sebab sebuah kejadian di sekitarnya dan pelakasanaan peraturan atau kepatuhan hukum.
12)    Sumber Masyarakat
Model pembelajaran dengan menggunakan masyarakat atau lingkungan sebagai sumber belajar, memiliki manfaat yang sangat besar yakni memberikan motivasi belajar, mengarahkan aktivitas belajar, memperkaya pengetahuan dan informasi, meningkatkan hubungan sosial, memperkenalkan lingkungan, dan menumbuhkan sikap serta apresiasi terhadap lingkungan sekitarnya.

2.13     Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2.13.1         Pengertian dan Fungsi RPP
Adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
2.13.2         Komponen dan struktur RPP
Komponen dan struktur sebuah RPP adalah sebagai berikut:
a.    Identitas RPP
b.   Tujuan Pembelajaran
c.    Materi Ajar
d.   Metode Pembelajaran
e.    Langkah-langkah Pembelajaran
f.    Sumber Belajar
g.   Penilaian Hasil Belajar
2.13.3         Langkah pengembangan RPP
Dalam menyusun RPP terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni :
a.    Mencantumkan Idetitas
b.   Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
c.    Mencantumkan Materi Pembelajaran
d.   Mencantumkan Metode Pembelajaran
e.    Mencantumkan Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran.
f.    Mencantumkan Sumber Belajar
g.   Mencantumkan Penilaian

2.14    Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
2.14.1     Langkah-langkah penerapan CTL
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut :
a.    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b.   Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c.    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d.   Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e.    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f.    Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g.   Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2.14.2    Pendekatan pembelajaran kontekstual
   Pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas memiliki 7 (tujuh) asas sebagai komponen utama, yaitu :
Ø Konstruktivisme (construktivism) :
Suatu bentuk pendekatan pada siswa dengan membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman pribadinya melalui keterlibatan aktif yang ditunjukkan pada saat proses belajar mengajar.
Ø Inkuiri (incuiry) :
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan siswa melalui pemikiran sistematis dari hasil pemikiran sendiri.
Siklus inkuiri terdiri dari :
a.    Observasi (observation)
b.    Bertanya (questioning)
c.    Mengajukan dugaan (hyphotesis)
d.   Pengumpulan data (data gathering)
e.    Penyimpulan (conclussion)
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :
a.    Merumuskan masalah
b.    Mengamati atau melakukan observasi
c.    Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya
d.   Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain
Ø Bertanya (questioning) :
Strategi pengajaran sebagai usaha dalam mendorong, membimbing, memberikan motivasi dan menilai kemampuan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa pada saat berdiskusi dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ataupun ketika mengamati suatu hal.
Manfaat kegiatan bertanya dalam suatu proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.    Menggali informasi, khususnya kemampuan dasar siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang akan maupun yang sedang dibahas
b.    Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar lebih sungguh-sungguh
c.    Merangsang keingintahuan siswa terhadap topik-topik tertentu
d.   Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkannya
e.    Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan materi pembahasan
Ø Masyarakat Belajar (learning community) :
Konsep ini menitikberatkan pada proses kerja sama dengan orang lain dalam sebuah masyarakat atau kelompok tertentu dimana nantinya yang pandai dapat mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, maupun yang cepat memberikan motivasi pada yang lambat.
Ø Permodelan (modelling) :
Proses pemberian pengetahuan dengan memperagakan seseorang atau sesuatu sebagai contoh yang bisa ditiru oleh setiap siswa.
Ø Refleksi (reflection) :
Cara berpikir siswa dengan mengurutkan dan mengingat kembali peristiwa yang pernah dialami maupun sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga siswa diharapkan dapat mengevaluasi dan memperbarui pengetahuan yang telah diperoleh tersebut.
Untuk merefleksi siswa, guru dapat melakukan cara-cara :
a.    Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
b.    Catatan atau jurnal di buku siswa
c.    Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d.   Diskusi
e.    Hasil karya
Ø Penilaian Nyata (authentic assesment) :
Pendekatan dengan mengumpulkan segala bentuk data dan informasi mengenai perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Dalam memberikan penilaian autentik harus memperhatikan karakteristik dari penilaian nyata (autentik) tersebut, yaitu :
a.    Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b.    Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
c.    Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
d.   Berkesinambungan
e.    Terintegrasi
f.     Dapat digunakan sebagai feedback
Dasar menilai prestasi siswa yang dapat digunakan dalam konsep pembelajaran kontekstual adalah :
a.    Proyek/kegiatan dan laporannya
b.    PR
c.    Kuis
d.   Karya siswa
e.    Presentasi atau penampilan siswa
f.     Demonstrasi
g.    Laporan
h.    Jurnal
i.      Hasil tes tulis
j.      Karya tulis
Manfaat penilaian autentik, yaitu :   
a.    Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajran berlangsung.
b.    Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c.    Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d.   Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,  kegiatan,  dan sumber belajar yang digunakan.
e.    Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
f.     Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.
g.    Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan.



BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Teori belajar kontekstual adalah salah satu teori belajar dimana menitikberatkan pada keaktifan siswa untuk melakukan proses belajar. Pada teori ini, guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas. Karakteristik dalam pembelajaran kontekstual terdiri dari kerja sama, saling menunjang, menyenangkan dan mengasyikkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber siswa aktif. Strategi belajar kontekstual antara lain menghubungkan, mencoba, mengaplikasi, bekerja sama, dan transfer ilmu. Seperti teori belajar lainnya, CTL juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu ilmu yang didapatkan siswa dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan nyata dan kekurangannya adalah proses belajar yang cukup lama karena siswa harus benar benar paham apa yang dipelajarinya. Pendekatan pembelajaran kontekstual terdiri dari konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar (belajar berkelompok), permodelan, refleksi, dan penilaian nyata.






DAFTAR RUJUKAN

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.



CONVERSATION

1 Comments:

  1. Las Vegas Hotel & Casino Map & Floor Plans - Mapyro
    Find your way 원주 출장마사지 around the casino, find where everything 포항 출장마사지 is 거제 출장마사지 located with the most reliable location on the Las 강원도 출장마사지 Vegas Strip. 공주 출장안마 Mapyro® provides a

    BalasHapus

Back
to top